Acara Nyangku di Alun-alun

Acara Nyangku di Alun-alun

Senin, 11 April 2016

Nyangku Jaman Belanda

Barangkali foto-foto di bawah ini adalah dokumentasi upacara Nyangku yang paling tua yang saya temui. Dimuat dalam sebuah buku bahasa Belanda terbitan tahun 1938. Dalam buku tersebut diceritakatan tentang legenda Sanghyang Borosngora dan kronologis upacara Nyangku. Hanya saja di sana tidak disebutkan secara langsung tentang istilah "Nyangku". Entah sejak kapan istilah Nyangku ini digunakan. 

Memang tentang keindahahan situ Lengkong Panjalu banyak sekali turis-turis yang mendokumentasikannya, tetapi upacara Nyangku ini relatif tidak ada yang mendokumentasikan dengan baik. Barangkali karena tanggal dan harinya tertentu dan publikasi masih kurang sehingga tidak banyak yang meliput. 

Nyangku Panjalu jaman Belanda
Para pembawa pusaka sedang iring-irngan ke tempat pencucian pusaka (alun-alun)

Nyangku Panjalu jaman Belanda
Pusaka utama (pedang) sudah dibuka dan siap untuk dicuci.
Tidak jelas siapa yang memegang pedang tsb,
mungkin bapak kuwu  Nur Rohman Galib ? (orang tua Bpk Atong Cakradinata)

Pedang Sanghyang Borosngora yang disebut-sebut pemberian dari Sayyidina Ali.
Didokumentasikan tahun 1863-1864 oleh Isidore van Kinsbergen (1821-1905)

Bumi alit Panjalu  jaman Belanda
Lokasi Bumi Alit di jaman Belanda. Terlihat dikelilingi pagar dan pepohonan.
Diambil dari salah satu majalah Hindia Belanda bulan Juli 1921.

Bumi alit Panjalu  jaman Belanda
Bagian dalam ruangan Bumi alit pada jaman Hindia Belanda.
Dindingnya terbuat dari anyaman bambu (bilik).
Pusaka ditempatkan di rak yang digantung dan ditutupi dengan tirai kain.
Tampak seorang kuncen sedang duduk, yang pada waktu itu seorang perempuan.
Diambil dari salah satu majalah Hindia Belanda bulan Juli 1921.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar