Acara Nyangku di Alun-alun

Acara Nyangku di Alun-alun

Jumat, 06 Maret 2015

Kesenian Gembyung

Kesenian gembyung dalam upacara Nyangku
Salah satu peninggalan budaya Islam di Panjalu,yaitu  Kesenian Gembyung Buhun. Seni ini merupakan Kesenian Terbang yang hidup di lingkungan panjalu. . Kesenian Gembyung ini biasa dipertunjukkan pada upacara-upacara kegiatan Agama Islam seperti peringatan Maulid Nabi, Rajaban dan Kegiatan 1 Syuro yang digelar di sekitar tempat ibadah.dan yang paling dominan ialah ketika diadakan Upacara Sakral Nyangku. adapun ketika orang punya hajatan seperti pernikahan malamnya suka dipertunjukan Seni Gembyung .      

Beberapa tahun kebelakang mungkin duapuluh tahunah Seni Gembyung sudah tidak asing lagi.Ketika ada anak yang di Sunat sebelumnya berkeliling kampung sambil dibarengi Kesenian Gembyung.atau Angklung Buncis. Walaupun jaman serba modern sekarang ini ,Kesenian Gembyung Panjalu masih tetap terjaga keasliannya. Karena dari leluhurnya begitu kami tidak serta merta menambahkan alat musik lain walau pun menurut orang lebih enak didengar.juga dengan kidungnya ,yang masih dipakai tetap dari buku aslinya yang berupa Sholawatan.

Kesenian gembyungan ini  mempunyai pemain yang berasal dari garis keturunan Prabu Hariang Kuning dan hanya merekalah yang berhak memainkannya. Seni gembyungan ini biasanya dimainkan oleh 11 orang pemain inti dan 3 orang pemain cadangan,serta satu orang berperan sebagai biskal atau pembaca shalawat, dan pemain lainnya berperan sebagai saurna. Kesenian gembyungan ini termasuk ke dalam music ansambel. Hal ini karena kesenian gembyungan merupakan kelompok musik yang terdiri dari beberapa pemain yang memiankan beberapa instrumen.

Adapun instrument kesenian gembyungan di Desa Kertamandala antara lain, dog-dog, satu buah instrumen jidor, satu buah instrumen gembyung tojo, satu buah instrumen gembyung kempyang, dan lima buah instrumen gembyung indung.

Gembyungan merupakan kesenian khas yang Islami. Ini dilihat dari syair yang digunakan yaitu berupa syair yang diambil dari Al Barjanzi, selain itu waditra terebang merupakan waditra khas yang sering dipakai dalam acara-acara keagamaan umat Islam. Di kecamatan Panjalu terdapat dua grup kesenian gembyungan, yaitu di desa Dukuh dan di desa Kertamandala. Grup Kesenian gembyungan dari desa Kertamandala merupakan grup kesenian gembyungan yang selalu dilibatkan pada upacara nyangku. Karena grup kesenian ini adalah grup pertama yang memainkan kesenian gembyungan di upacara nyangku. Selain itu Grup yang merupakan pengiring prosesi upacara nyangku ini dipilih karena grup ini sebagian besar pemainnya berasal dari garis keturunan Prabu Hariang Kuning yang merupakan anak dari Prabu Borosngora, raja pertama Panjalu yang memeluk dan menyebarkan agama Islam di Panjalu. Baca: Silsilah Keturunan Panjalu

Asal mula terbentuknya grup kesenian ini karena dalam upaya penyebaran Agama Islam saat itu di daerah Panjalu. Selain itu grup kesenian ini terbentuk karena kepentingan dalam ritual upacara kebudayaan nyangku. Kesenian gembyungan dilibatkan dalam upacara nyangku karena pada saat itu kesenian ini merupakan penambah daya tarik Agama Islam di kalangan masyarakat yang belum memeluk agama Islam, selain upacara nyangku itu sendiri.
Pimpinan kesenian gembyungan Desa Kertamandala saat ini adalah Abah Udi (82 tahun). Grup ini beranggoatakan pria dewasa, termasuk penyanyi atau pembaca shalawat.

Abah Udi (82 tahun) sebagai pimpinan kesenian gembyungan desa Kertamandala

Orang yang pertama kali memimpin kesenian gembyungan ini masih belum jelas. Abah Udi hanya mengetahui tiga generasi pimpinan yang sebelumnya. Menurut Abah Udi, pada sekitar tahun 1860 sampai dengan tahun 1900 kesenian ini dipimpin oleh Wiarta, nama anggotanya tidak diketahui. Kemudian pada sekitar tahun 1900 kesenian ini dipimpin oleh Sanhawi, Sanhawi memimpin kesenian gembyungan ini sampai sekitar tahun 1930. Anggotanya pun tidak diketahui. Kemudian setelah itu kepemimpinan grup ini diserahkan kepada Sahuri, Sahuri memimpin kesenian gembyungan ini dari sekitar tahun 1930 sampai tahun 1950. Anggota yang diketahui hanya Sukardi, Surya, Ja’i dan Udi. Baru setelah itu, pada tahun 1950 sampai sekarang, abah Udi menjadi pimpinan kesenian ini. Dengan anggota sebanyak 11 orang, dan 3 pemain sebagai cadangannya, mereka adalah Usup Supriyadi, Jana, Nana, Emong, Eman, Amuh, Uu Uma, Ondi, Oyo, dan Nono.Fungsi dari seni gembyungan pada upacara nyangku yaitu sebagai sarana ritual dan hiburan pribadi. 

Terlihat dari seni gembyungan merupakan kesenian yang selalu dilibatkan dan mempunyai peranan penting, yaitu sebagai media kekhusyukan dalam melaksanakan upacara nyangku. Selain itu, seni gembyung juga sebagai hiburan pribadi, terlihat dari antusias penonton dalam upacara nyangku mereka sesekali mengikuti syair yang dilantunkan oleh pembawa shalawat.Dalam proses pewarisannya dahulu para pemain grup kesenian gembyungan dari desa Kertamandala ini merupakan keturunan dari Prabu Hariang Kuning. Dalam pewarisannya, haruskan seseorang yang mempunyai keterkaitan darah dengan Prabu Hariang Kuning yang berhak memainkan kesenian gembyungan ini, dan setelah itu harus diturunkan kepada keturunan dari pemain gembyung yang  sebelumnya. Namun seiring perkembangan zaman, pada saat proses latihan terbukti banyak masyarakat yang bukan merupakan keturunan pemain gembyung yang sebelumnya turut hadir dan mencoba memainkan alat alat kesenian ini. Bisa jadi beberapa tahun yang akan datang sistem pewarisan dalam grup kesenian ini akan berubah.

Proses Penyajian Kesenian Gembyungan Pada Upacara Nyangku

Group Gembyung menyambut rombongan pembawa pusaka
di Nusa Gede
Proses penyajian kesenian gembyungan pada upacara nyangku mengguanakan sistem yang baku. Pada proses penyajiannya, kesenian ini terbagi ke dalam 3 bagian, yaitu pra sajian, penyajian dan penutupan.Pra sajian adalah bagian awal dari upacara nyangku. Dalam pra sajian biasanya disajikan shalawat selama sehari semalam sebelum upacara nyangku dimulai. Adapun lagu yang dimainkan adalah lagu Assalamualaik dan Tapadug. Pada proses inti upacara nyangku yakni keesokan harinya, kesenian ini mengarak benda pusaka dengan membawakan lagu Sola dengan menggunakan pola tabuhan rincik.

Kemudian pada saat benda pusaka sedang dimandikan, kesenian ini pun mengiringinya dengan lagu Wulidal dengan iringan tabuhan tepak tilu, Hadal Wafiyu dengan iringan tabuhan Rincik dan Inkanamu dengan iringan tabuhan gobyog. Pada saat kembali mengarak benda pusaka untuk disimpan kembali ke tempat asal, kesenian gembyungan mengiringi proses berjalannya upacara nyangku dengan membawakan lagu Taalam dengan iringan tabuhan gobyog. Baca: Nyangku menjaga kearifan lokal


Kitab kuno sholawat yang dipakai group gembyung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar