Bandara Wiriadinata juga akan dikembangkan secara bertahap kalau penerbangan ke Tasikmalaya semakin banyak. Landasan bandara sepanjang 1.200 meter masih dapat diperpanjang 600 meter lagi.
"Kita ingin di Tasikmalaya, bandara ini menjadi sesuatu yang bisa dikembangkan. Tapi ada beberapa kendala, kita lakukan secara bertahap," kata Budi saat blusukan ke Bandara Wiriadinata, Tasikmalaya, Sabtu (12/11/2016).
Saat ini pemerintah daerah (pemda) dan Komandan Lapangan Udara (Danlanud) Wiriadinata tinggal menyelesaikan beberapa persyaratan agar bandara bisa digunakan oleh pesawat komersial. Persyaratan-persyaratan itu dapat dirampungkan dalam sebulan.
"Pertama pemda dan Danlanud perlu melengkapi syarat-syarat. Ada x-ray, organisasi, dan sebagainya. 1 bulan bisa selesai. Kita akan rilis untuk dibuka secara terbatas," tutur Budi.
Sudah ada maskapai yang berminat untuk membuka rute penerbangan ke Tasikmalaya, yaitu Wings Air.
"Maskapai sudah ada yang berminat, Wings," ucapnya.
Menurutnya, lapangan terbang dan sarana prasarana Bandara Wiriadinata sudah cukup bagus. Hanya saja ke depan perlu ada perombakan-perombakan agar bandara dapat memenuhi standar keselamatan yang lebih tinggi.
"Landasan saya lihat sudah bagus. Hanya saja bandara harus safety, maka kita harus menindaklanjuti syarat-syarat sesuai standar seperti panjang landasan, tidak ada hambatan," cetus Budi.
Hambatan-hambatan yang ada di sekeliling landasan adalah Terminal BBM Tasikmalaya dan gunung. Terminal BBM Pertamina terletak sekitar 1 kilometer (km) dari ujung landasan.
Menurut standar internasional, kurang aman bila ada tangki-tangki BBM di dekat landasan. Kalau pesawat tergelincir dan menabrak tangki BBM, bisa terjadi kecelakaan yang memakan banyak korban.
Untuk sementara, Budi membatasi pesawat-pesawat yang terbang dari dan ke Tasikmalaya. Pesawat paling besar yang masih diizinkan untuk menggunakan Bandara Wiriadinata adalah ATR-72 dengan beban yang dikurangi.
"Ada tangki BBM di sana (dekat ujung landasan). Kita bersama Pemda akan mencari kompromi dengan Pertamina. Kalau bisa dipindah, maka landasan bisa diperpanjang dan digunakan oleh pesawat yang lebih besar. Untuk sekarang kita berikan izin untuk pesawat dengan kapasitas terbatas," tutupnya.
Rute Penerbangan ke Pangandaran Juga Dibuka
Selain Tasikmalaya, Budi juga akan segera mengeluarkan izin untuk penerbangan reguler ke Bandara Nusawiru, Pangandaran. Saat berkunjung ke Pangandaran pagi tadi, Budi menyerahkan sertifikat yang menyatakan bahwa Bandara Nusawiru layak untuk penerbangan reguler.
Menjelang lebaran pada Juli lalu, bandara ini sempat ditutup untuk penerbangan reguler karena belum tersertifikasi. Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, yang berasal dari Pangandaran, merasa gembira dengan keputusan Budi ini.
"Penerbangan reguler mulai hari ini sudah bisa jalan lagi. Sekarang sama Pak Menhub dibuka kembali, jadi ya bagus," ujar Susi.
Menurut Susi, sudah selayaknya pemerintah mengembangkan infrastruktur perhubungan di Pangandaran. Sebab, Pangandaran memiliki potensi besar di bidang pariwisata dan perikanan. Tanpa bandara, pelabuhan, dan jalan raya yang memadai tentu potensi daerah tak bisa dioptimalkan.
"Turis ke Pangandaran 1,5 juta per tahun, tiap Sabtu-Minggu tidak kurang dari 50.000-100.000 orang. Perikanannya juga hasilnya lumayan. Jadi ya sudah layak infrastrukturnya mendapat perhatian," pungkasnya.
ATR 72-500 Wings Air Mendarat Perdana di Bandara Tasikmalaya
Sebagai uji coba, pesawat ATR 72-500 dengan nomor registrasi PK-WFO milik Wings Air menjadi pesawat komersial pertama yang mendarat di bandara ini, Senin, 17 Oktober 2016 pukul 15.15 WIB.
Pilot ATR 72-500, Captain Isana Nur Ardi, mengatakan tidak ada kesulitan saat mendarat di Bandara Wiriadinata. Meski tanpa kendala, dia akan melakukan evaluasi dan membuat prosedur areanya. "Evaluasi penerbangan," katanya Senin, 17 Oktober 2016.
Pilot ATR 72-500, Captain Isana Nur Ardi, mengatakan tidak ada kesulitan saat mendarat di Bandara Wiriadinata. Meski tanpa kendala, dia akan melakukan evaluasi dan membuat prosedur areanya. "Evaluasi penerbangan," katanya Senin, 17 Oktober 2016.
Menurut Isana, idealnya, panjang landasan di Bandara Wiriadinata sekitar 1.400 meter. Panjang landasan yang ada saat ini 1.200 meter. "Jika ditambah lebih bagus. Tambah 200 meter lagi supaya optimum," jelas Isana.
Isana mengatakan pihaknya senang bisa melayani penumpang jurusan Tasikmalaya-Jakarta nantinya. "Apalagi bisa menghubungkan se-Indonesia. Bisa menaikkan perekonomian daerah, itu misi kami," katanya.
Menurut Isana, fasilitas yang berada di Bandara Wiriadinata untuk saat ini sudah cukup. Penambahan fasilitas VOR (Very High Frequency Omnidirectional Radio Range)--salah satu sistem navigasi menggunakan gelombang radio dan digunakan oleh pesawat terbang--kata dia, akan lebih bagus.
Wali Kota Tasikmalaya, Budi Budiman, menyambut baik penerbangan pesawat Wings Air ini. "Kita punya harapan dan target agar Lanud jadi bandara sipil," jelasnya.
Keberadaan bandara, menurut Budi, sangat mendesak. Hal ini karena rendahnya iklim investasi di Kota Tasikmalaya. "TNI sudah menyerahkan, Kementerian Perhubungan pada prinsipnya sudah oke," ujarnya.
Harapan pemerintah kota, Budi menjelaskan, keberadaan bandara komersial akan berbanding lurus dengan investasi dan pariwisata ke Kota Tasikmalaya. Jika ada bandara, wisatawan yang hendak menuju Tasikmalaya atau Priangan Timur akan lebih mudah. "Hanya 45 menit dari Jakarta ke Tasikmalaya," jelasnya.
Selama ini, kata Budi, waktu tempuh menjadi kendala saat akan menuju Kota Tasikmalaya. Jika lewat darat Jakarta-Tasikmalaya ditempuh selama 5 jam. "Jalannya pun berkelok. Kita butuh konektivitas. Jika ada bandara, orang akan mudah ke Tasik," kata dia.
Menurut Isana, fasilitas yang berada di Bandara Wiriadinata untuk saat ini sudah cukup. Penambahan fasilitas VOR (Very High Frequency Omnidirectional Radio Range)--salah satu sistem navigasi menggunakan gelombang radio dan digunakan oleh pesawat terbang--kata dia, akan lebih bagus.
Wali Kota Tasikmalaya, Budi Budiman, menyambut baik penerbangan pesawat Wings Air ini. "Kita punya harapan dan target agar Lanud jadi bandara sipil," jelasnya.
Keberadaan bandara, menurut Budi, sangat mendesak. Hal ini karena rendahnya iklim investasi di Kota Tasikmalaya. "TNI sudah menyerahkan, Kementerian Perhubungan pada prinsipnya sudah oke," ujarnya.
Harapan pemerintah kota, Budi menjelaskan, keberadaan bandara komersial akan berbanding lurus dengan investasi dan pariwisata ke Kota Tasikmalaya. Jika ada bandara, wisatawan yang hendak menuju Tasikmalaya atau Priangan Timur akan lebih mudah. "Hanya 45 menit dari Jakarta ke Tasikmalaya," jelasnya.
Selama ini, kata Budi, waktu tempuh menjadi kendala saat akan menuju Kota Tasikmalaya. Jika lewat darat Jakarta-Tasikmalaya ditempuh selama 5 jam. "Jalannya pun berkelok. Kita butuh konektivitas. Jika ada bandara, orang akan mudah ke Tasik," kata dia.
Sumber: detik.com, Tempo Online