Acara Nyangku di Alun-alun

Acara Nyangku di Alun-alun

Selasa, 20 Januari 2015

Nyangku Menjaga Kearifan Lokal

PANJALU – Ribuan warga memadati Alun-alun Panjalu sejak pagi. Mereka berdesakan ingin menyaksikan tradisi pembersihan pusaka peninggalan Kerajaan Galuh. Kegiatan dihadiri Bupati Ciamis Drs H Iing Syam Arifin dan sejumlah pejabat daerah.
Upacara dimulai sekitar pukul 07.30 pagi dengan mengeluarkan benda-benda pusaka dari Bumi Alit- tempat menyimpan benda pusaka- dan diarak dengan cara digendong oleh keturunan raja Panjalu menuju Nusa Gede. Iringan shalawat mengiringi prosesi rombongan menuju pemakaman raja Panjalu terakhir yakni Prabu Borosngora sebelum akhirnya dibawa kembali ke Alun-alun Panjalu.
Semua pusaka itu dibersihkan menggunakan air dari sembilan mata air yang ada di Taman Borosngora alias alun-alun. Sembilan mata air itu bersumber dari Gunung Bitung Majalengka, Cilengkong Panjalu, Cipanjalu Desa Bahara, Kapunduhan Cibungir Kertamandala, Batu Bokor Cikadu Sindang Barang, Cilimus Jaya Giri, Citatah Sanding Taman, Karantenan Gunung Syawal, Pangbuangan Garahang Panjalu dan Geger Emas Ciomas.
Setelah dibersihkan pusaka kemudian dibungkus dan disimpan kembali ke Bumi Alit. Pembersihan secara simbolis hanya dilakukan terhadap tiga benda pusaka. Antara lain pedang Zulfikar yang dipercaya merupakan pemberian Sayidina Ali, Kujang Panjalu dan Keris Stok Komando.
Keluarga Yayasan Borosngora Prof Johan Wiradinata mengatakan tradisi Nyangku merupakan simbol membersihkan diri. Kegiatan itu juga menjadi ajang silaturahmi warga Panjalu dan warga Kabupaten Ciamis.
“Kalau dulu Nyangku ini sebagai even bertemunya para tokoh. Kendalannya saat ini tidak datangnya para pejabat karena nyangku diadakan pada hari Senin terakhir di bulan Mulud. Dimana hari pertama ini sebagai hari kerja, banyak yang mengusulkan di akhir pekan namun karena sebagai penghormatan sejak dulu dan diyakni sebagai hari lahirnya Nabi Muhammad SAW,” jelasnya.
Dia menuturkan upacara adat Nyangku akan terus dilestarikan sebagai kearifan lokal Panjalu. Upacara ini juga sebagai salah satu alat untuk membendung budaya asing masuk ke daerah itu. “Meskipun tidak semua budaya asing negatif namun ada beberapa hal yang perlu diantsipasi. Dengan kearifan lokal yang kuat maka hal itu bisa terbendung,” katanya.
Bupati Ciamis Drs H Iing Syam Arifin menyebut upacara adat Nyangku merupakan momen tepat untuk memperkenalakan Situ Lengkong Panjalu. Festival tersebut adalah kekayaan Ki Sunda yang masih lestari hingga kini. “Kita harus menjaga keasrian lingkungan sehingga jadi daya tarik. Supaya potensi wisata budaya religi tergali,” kata Iing.
Iing berjanji tahun 2015 pemerintah akan menata obyek wisata Situ Lengkong Panjalu. Kedepan lokasi wisata ini menjadi andalan Ciamis setelah Pangadaran berpisah. (dhs)

Sumber:http://www.radartasikmalaya.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar