Kesenian gembyung dalam upacara Nyangku |
Beberapa tahun kebelakang mungkin duapuluh tahunah Seni Gembyung sudah
tidak asing lagi.Ketika ada anak yang di Sunat sebelumnya berkeliling kampung
sambil dibarengi Kesenian Gembyung.atau Angklung Buncis. Walaupun jaman serba
modern sekarang ini ,Kesenian Gembyung Panjalu masih tetap terjaga keasliannya.
Karena dari leluhurnya begitu kami tidak serta merta menambahkan alat musik
lain walau pun menurut orang lebih enak didengar.juga dengan kidungnya ,yang
masih dipakai tetap dari buku aslinya yang berupa Sholawatan.
Kesenian gembyungan ini mempunyai pemain yang berasal dari garis keturunan
Prabu Hariang Kuning dan hanya merekalah yang berhak memainkannya. Seni
gembyungan ini biasanya dimainkan oleh 11 orang pemain inti dan 3 orang pemain
cadangan,serta satu orang berperan sebagai biskal atau pembaca shalawat, dan
pemain lainnya berperan sebagai saurna. Kesenian gembyungan ini termasuk ke
dalam music ansambel. Hal ini karena kesenian gembyungan merupakan kelompok
musik yang terdiri dari beberapa pemain yang memiankan beberapa instrumen.
Adapun instrument kesenian gembyungan di Desa Kertamandala
antara lain, dog-dog, satu buah instrumen jidor, satu buah instrumen gembyung
tojo, satu buah instrumen gembyung kempyang, dan lima buah instrumen gembyung
indung.
Gembyungan merupakan kesenian khas yang Islami. Ini dilihat
dari syair yang digunakan yaitu berupa syair yang diambil dari Al Barjanzi,
selain itu waditra terebang merupakan waditra khas yang sering dipakai dalam
acara-acara keagamaan umat Islam. Di kecamatan Panjalu terdapat dua grup
kesenian gembyungan, yaitu di desa Dukuh dan di desa Kertamandala. Grup
Kesenian gembyungan dari desa Kertamandala merupakan grup kesenian gembyungan yang
selalu dilibatkan pada upacara nyangku. Karena grup kesenian ini adalah grup
pertama yang memainkan kesenian gembyungan di upacara nyangku. Selain itu Grup
yang merupakan pengiring prosesi upacara nyangku ini dipilih karena grup ini sebagian
besar pemainnya berasal dari garis keturunan Prabu Hariang Kuning yang
merupakan anak dari Prabu Borosngora, raja pertama Panjalu yang memeluk dan
menyebarkan agama Islam di Panjalu. Baca: Silsilah Keturunan Panjalu
Asal mula terbentuknya grup kesenian ini karena dalam upaya penyebaran
Agama Islam saat itu di daerah Panjalu. Selain itu grup kesenian ini terbentuk
karena kepentingan dalam ritual upacara kebudayaan nyangku. Kesenian gembyungan
dilibatkan dalam upacara nyangku karena pada saat itu kesenian ini merupakan
penambah daya tarik Agama Islam di kalangan masyarakat yang belum memeluk agama
Islam, selain upacara nyangku itu sendiri.
Pimpinan kesenian gembyungan Desa Kertamandala saat ini
adalah Abah Udi (82 tahun). Grup ini beranggoatakan pria dewasa, termasuk
penyanyi atau pembaca shalawat.
Abah Udi (82 tahun) sebagai pimpinan kesenian gembyungan desa Kertamandala |
Orang yang pertama kali memimpin kesenian gembyungan ini
masih belum jelas. Abah Udi hanya mengetahui tiga generasi pimpinan yang
sebelumnya. Menurut Abah Udi, pada sekitar tahun 1860 sampai dengan tahun 1900
kesenian ini dipimpin oleh Wiarta, nama anggotanya tidak diketahui. Kemudian
pada sekitar tahun 1900 kesenian ini dipimpin oleh Sanhawi, Sanhawi memimpin
kesenian gembyungan ini sampai sekitar tahun 1930. Anggotanya pun tidak
diketahui. Kemudian setelah itu kepemimpinan grup ini diserahkan kepada Sahuri,
Sahuri memimpin kesenian gembyungan ini dari sekitar tahun 1930 sampai tahun
1950. Anggota yang diketahui hanya Sukardi, Surya, Ja’i dan Udi. Baru setelah
itu, pada tahun 1950 sampai sekarang, abah Udi menjadi pimpinan kesenian ini.
Dengan anggota sebanyak 11 orang, dan 3 pemain sebagai cadangannya, mereka
adalah Usup Supriyadi, Jana, Nana, Emong, Eman, Amuh, Uu Uma, Ondi, Oyo, dan
Nono.Fungsi dari seni gembyungan pada upacara nyangku yaitu sebagai sarana ritual
dan hiburan pribadi.
Terlihat dari seni gembyungan merupakan kesenian yang
selalu dilibatkan dan mempunyai peranan penting, yaitu sebagai media kekhusyukan
dalam melaksanakan upacara nyangku. Selain itu, seni gembyung juga sebagai
hiburan pribadi, terlihat dari antusias penonton dalam upacara nyangku mereka
sesekali mengikuti syair yang dilantunkan oleh pembawa shalawat.Dalam proses
pewarisannya dahulu para pemain grup kesenian gembyungan dari desa Kertamandala
ini merupakan keturunan dari Prabu Hariang Kuning. Dalam pewarisannya, haruskan
seseorang yang mempunyai keterkaitan darah dengan Prabu Hariang Kuning yang berhak
memainkan kesenian gembyungan ini, dan setelah itu harus diturunkan kepada keturunan
dari pemain gembyung yang sebelumnya.
Namun seiring perkembangan zaman, pada saat proses latihan terbukti banyak
masyarakat yang bukan merupakan keturunan pemain gembyung yang sebelumnya turut
hadir dan mencoba memainkan alat alat kesenian ini. Bisa jadi beberapa tahun
yang akan datang sistem pewarisan dalam grup kesenian ini akan berubah.
Proses Penyajian Kesenian Gembyungan Pada Upacara Nyangku
Group Gembyung menyambut rombongan pembawa pusaka di Nusa Gede |
Kemudian pada saat benda pusaka sedang dimandikan, kesenian
ini pun mengiringinya dengan lagu Wulidal dengan iringan tabuhan tepak tilu,
Hadal Wafiyu dengan iringan tabuhan Rincik dan Inkanamu dengan iringan tabuhan
gobyog. Pada saat kembali mengarak benda pusaka untuk disimpan kembali ke
tempat asal, kesenian gembyungan mengiringi proses berjalannya upacara nyangku
dengan membawakan lagu Taalam dengan iringan tabuhan gobyog. Baca: Nyangku menjaga kearifan lokal
Kitab kuno sholawat yang dipakai group gembyung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar