Nyangku 2011

Minggu, 13 Maret 2016

Dr Koorders dan Situ Panjalu



 
Seringkali situ Panjalu sering dikait-kaitkan dengan Dr Koorders. Memang batul, karena pulau yang ada di tengah-tengah yang bernama Nusa Gede disebut juga pulau Koorders. Siapa sebenarnya Koorders ini?

Sijfret Hendrik Koorders lahir di Bandung, 29 Nopember 1863. Dibesarkan di Haarlem Belanda, lalu belajar ilmu kehutanan di Berlin. Tahun 1884, ia ditugaskan ke Jawa sebagai pejabat kehutanan, tapi lebih minat dengan tumbuh-tumbuhan.

Antara 1884-1918, Koorders melakukan banyak ekspedisi di Jawa, sebagian Sumatera dan Minahasa. Dari ekspedisi itu, ia mengoleks 40.000 spesimen herbarium, lalu ia menulis 240 artikel ilmiah dan mendeskripsikan 596 jenis tumbuhan dengan kode “kds”. Jika kita membaca nama ilmiah “Pandanus bantamensin Kds”, artinya Koorders adalah orang pertama yang mendeskripsikan Pandanus bantamensin melalui publikasi ilmiah. Disela-sela kerja dan penelitiannya, ia selesaikan disertasi doktornya tahun 1897 di bidang botani dari Universitas Bonn, Jerman.

Bagi seorang peneliti, mendeskripsikan jenis baru adalah prestasi dan kebanggaan karena prosesnya yang rumit. Sebagai penghormatan atas prestasinya, 25 ilmuwan mengabadikan Koorders menjadi nama marga tumbuhan (Koordersiodendron dan Koordersiochloa), 37 jenis dan 2 variasi jenis tumbuhan. Kalau sekarang, asal bisa bayar ke penemunya, nama kita bisa diabadikan sebagai nama jenis. Tapi dulu, pemberian nama merupakan penghargaan atas prestasi seseorang.


Keluarga Dr Koorders sedang menunggang kuda di pegunungan Tengger

Selain di bidang botani, Koorders juga membidani lahirnya Perkumpulan Perlindungan Alam Hindia Belanda pada tanggal 22 Juli 1912. Perkumpulan itu dibentuk karena prihatin atas kerusakan hutan yang ada pada saat itu. Koorders menjadi ketua perkumpulan hingga meninggal tahun 1919. Saya pikir, Perkumpulan ini adalah LSM pertama di bidang konservasi di Indonesia, walaupun dari  19 anggota hanya satu pribumi asli, Pangeran Poerbo Atmodjo (Bupati van Kutohardjo).

Dalam kepemimpinannya, Perkumpulan ini berhasil mendirikan dan mengelola Monumen Alam (MA) Depok (1913), MA Rumphius di Ambon (1913), mengajukan sejumlah kawasan menjadi monumen alam, dan mengusulkan Ordonansi Monumen Alam (1916) kepada pemerintah. Natuurmonumenten Ordonantie itu akhirnya terbit tahun 1916, disusul penunjukan 55 monumen alam (1919), 7 monumen alam (1920), dan 6 monumen alam (1921).
Dr. Koorder sedang bekerja di laboratorium dengan para staffnya. Foto th 1890-1900.

Dr. Koorders dan istrinya (Anna Koorders ) di Purworejo. Maret 1906
Koorders meninggal tanggal 16 Nopember 1919 akibat penyakit paru-paru. Ia dimakamkan di Cikini (Weltervreden). Wafatnya Koorders, pejabat kehutanan yang ahli botani itu mendorong 11 ilmuwan ternama seperti Alfred Russel Wallace, menuliskan kenangannya dalam jurnal ilmiah Tectona dan Bulletin du Jardin Botanique. Sebagai penghormatan atas jasanya, Perkumpulan mengusulkan kepada Pemerintah Hindia Belanda mengubah nama MA Pulau Nusa Gede di Danau Panjalu (sekarang Situ Lengkong) menjadi Pulau Koorders dan MA Koorders. Usulan itu disetujui pada tahun 1921.
Dr. Koorders dan istrinya (Anna Koorders) di Purworejo. Maret 1906

Papan keterangan di gerbang masuk ke pulau "Koorders"


CAGAR ALAM PANJALU/KOORDERS
KEADAAN FISIK KAWASANLuas dan letak
Kawasan hutan Panjalu/koorders ditetapkan sebagai Cagar Alam (CA) berdasarkan Gb. Tanggal 21-2-1919 Nomor : 6 Stbl. 90, dengan luas lahan 16 Ha. Cagar alam ini terletak di tengah danau (situ) yaitu : Situ Lengkong, secara astronomis terletak antara 7 derajat 9� � 7 derajat 17� LS dan 108 derajat4� � 108 derajat 21� BT. Sedangkan menurut administrasi pemerintahan termasuk kedalam wilayah desa Panjalu Kabupaten Ciamis.

Topografi
Keadaan topografinya termasuk datar dengan ketinggian tempat 731 � 760 meter di atas permukaan laut.

Iklim
Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, iklim Kawasan ini termasuk iklim tipe B dengan curah hujan rata-rata 3.195 mm per tahun. Suhu rata-rata 19-32 derajat Celsius.

 POTENSI BIOTIK KAWASAN

Flora
Vegetasi yang ada di Cagar Alam Panjalu cukup banyak jenisnya, sebagian besar merupakan hutan primer yang masih utuh. Tumbuhan yang mendominasi kawasn ini adalah : Kihaji (Dysoxilum sp), Kileho (Sauraula sp), Kondang (Ficus variegata), Kiara (Ficus sp), Bungur (Lagerstromia sp), dan Huru (Litsea sp), sedangkan tumbuhan bawah diantaranya adalah : Rotan (Calamus sp), Tepus (Zingi beraceae) dan Langkap (Arenga sp).

Fauna
Satwa liar yang banyak dan mudah dijumpai adalah : Kalong (Pteropus vampyrus). Janis fauna lainnya adalah Tupai (Calosciurus nigrivittatus), Trenggiling (Manis javanicus), Biawak (Varanus salvator), Ular Sanca (Phyton repticulatus) dan beberapa jenis burung seperti Burung Hantu (Otus scops), Elang (Haliastur indus) dan Gelatik  (Munia sp).

AKSESIBILITASUntuk menuju kawasan Cagar Alam Panjalu dapat di tempuh melalui :
  1. Bandung � Ciawi � Panjalu, sejauh � 95 Km.
  2. Tasikmalaya � Rajapolah �Cihaurbeuti � Panjalu, berjarak � 40 Km.
  3. Ciamis � Cihaurbeuti � Panjalu berjarak � 40 Km.

Baca juga:
Peta Panjalu

Kelestraian Situ "Koorders" Panjalu



Sumber:
http://suerdirantau.wordpress.com
http://commons.wikimedia.org




Tidak ada komentar:

Posting Komentar