Acara Nyangku di Alun-alun

Acara Nyangku di Alun-alun

Kamis, 16 Januari 2014

Upacara Nyangku

Upacara adat Nyangku ini mirip dengan upacara Sekaten di Yogyakarta juga Panjang Jimat di
Cirebon, hanya saja selain untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, acara
Nyangku juga dimaksudkan untuk mengenang jasa Prabu Sanghyang Borosngora yang telah
menyampaikan ajaran Islam kepada rakyat dan keturunannya.

Tradisi Nyangku ini konon telah dilaksanakan sejak zaman pemerintahan Prabu Sanghyang
Borosngora, pada waktu itu, Sang Prabu menjadikan prosesi adat ini sebagai salah satu media
Syiar Islam bagi rakyat Panjalu dan sekitarnya.
Nyangku adalah suatu rangkaian prosesi adat penjamasan (penyucian) bendabenda
pusaka peninggalan Prabu Sanghyang Borosngora dan para Raja serta Bupati Panjalu penerusnya
yang tersimpan di Pasucian Bumi Alit.

Istilah Nyangku berasal dari kata bahasa Arab "yanko" yang artinya membersihkan, mungkin karena kesalahan pengucapan lidah orang Sunda sehingga entah sejak kapan kata yanko berubah menjadi nyangku.Upacara Nyangku ini dilaksanakan pada Hari Senin atau Kamis terakhir Bulan Maulud (Rabiul Awal).

Dalam rangka mempersiapkan bahan bahan untuk pelaksanaan upacara Nyangku ini pada zaman dahulu biasanya semua keluarga keturunan Panjalu menyediakan beras merah yang harus dikupas dengan tangan, bukan ditumbuk sebagaimana biasa. Beras merah ini akan digunakan untuk membuat tumpeng dan sasajen (sesaji). Pelaksanaan menguliti gabah merah dimulai sejak tanggal 1 Mulud sampai dengan satu hari sebelum pelaksanaan Nyangku. Disamping itu, semua warga keturunan Panjalu melakukan ziarah ke makam Rajaraja Panjalu dan bupati bupati penerusnya terutama makam Prabu
Rahyang Kancana di Nusa Larang Situ Lengkong. Kemudian Kuncen (juru Kunci) Bumi Alit
atau beberapa petugas yang ditunjuk panitia pelaksanaan Nyangku melakukan pengambilan air
suci untuk membersihkan bendabenda pusaka yang berasal dari tujuh sumber mata air, yaitu:

1. Sumber air Situ Lengkong
2. Sumber air Karantenan Gunung Sawal
3. Sumber air Kapunduhan (makam Prabu Rahyang Kuning)
4. Sumber air Cipanjalu
5. Sumber air Kubang Kelong
6. Sumber air Pasanggrahan
7. Sumber air Bongbang Kancana
8. Sumber air gunung bitung
9. sumber air ciomas

Bahan bahan lain yang diperlukan dalam pelaksanan upacara Nyangku adalah tujuh macam
sesaji termasuk umbi-umbian yaitu:
1. Tumpeng nasi kuning
2. Tumpeng nasi merah
3, Ayam panggang
4. Ikan dari Situ Lengkong
5. Sayur daun kelor
6. Telur ayam kampung
7. Umbiumbian
Selanjutnya disertakan pula tujuh macam minuman, yaitu:
1. Kopi pahit
2. Kopi manis
3. Air putih
4. Air teh
5. Air Mawar
6. Air Bajigur
7. Rujak Pisang

Kelengkapan prosesi adat lainnya adalah sembilan payung dan kesenian gembyung untuk
mengiringi jalannya upacara.Pada malam harinya sebelum upacara Nyangku, dilaksanakanlah
acara Muludan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang dihadiri oleh para
sesepuh Panjalu serta segenap masyarakat yang datang dari berbagai pelosok sehingga
suasana malam itu benar-benar meriah, apalagi biasanya di alun-alun Panjalu juga
diselenggarakan pasar malam yang semarak.

Keesokan paginya dengan berpakaian adat kerajaan para sesepuh Panjalu berjalan beriringan
menuju Bumi Alit tempat benda-benda pusaka disimpan. Kemudian dibacakan puji-pujian
dan shalawat Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya benda-benda pusaka yang telah dibalut kain
putih mulai disiapkan untuk diarak menuju tempat penjamasan. Perjalannya didiringi dengan
irama gembyung (rebana) dan pembacaan Shalawat Nabi.

Setibanya di Situ Lengkong, dengan menggunakan perahu rombongan pembawa benda-benda
pusaka itu menyeberang menuju Nusa Larang dengan dikawal oleh dua puluh perahu lainnya. Di sana dipanjatkan doa untuk  Prabu Sanghyang Borosngora dan penerusnya yang telah menyampaikan ajaran Islam kepada rakyat dan keturunannya.

Pusaka-pusaka kemudian diarak lagi menuju tempat pencucian Dulu sebelum ada taman boros ngora tempat pencucian biasanya di depan kantor balai Desa, tetapi setelah ada taman Borosngora, tempat pencucian dilakukan dipanggung yang berbuat dari bambu di tengah lapangan alun-alun taman Borosngora.

Sebelum dicuci, benda-benda pusaka itu kemudian diletakan di atas alas kasur yang khusus disediakan untuk upacara Nyangku ini. Selanjutnya benda-benda pusaka satu persatu mulai dibuka dari kain putih
pembungkusnya.Setelah itu benda-benda
pusaka dibawa dengan ditutupi kain ke panggung dari bambu tempat pencucian dan dibersihkan dengan tujuh sumber mata air dan jeruk nipis, dimulai dengan pedang pusaka Prabu Sanghyang Borosngora dan dilanjutkan dengan pusaka-pusaka yang lain.

Tahap akhir, setelah benda-benda pusaka itu selesai dicuci lalu diolesi dengan minyak kelapa yang dibuat khusus untuk keperluan upacara ini, kemudian dibungkus kembali dengan cara melilitkan janur lalu dibungkus lagi dengan tujuh lapis kain putih dan diikat dengan memakai tali dari benang boeh. Setelah itu baru kemudian dikeringkan dengan asap kemenyan lalu diarak untuk disimpan kembali di Pasucian Bumi Alit.

Baca: