Acara Nyangku di Alun-alun

Acara Nyangku di Alun-alun

Rabu, 06 Januari 2016

Pelatih Persib Djadjang Nurdjaman Didaulat Usung Keris di Ritual Nyangku Panjalu di Kabupaten Ciamis




 Ritual Nyangku adalah upacara adat penyucian (jamasan) benda pusaka peninggalan Pangeran Borosngora (Raja Panjalu) .
Kegiatan ini berlangsung di Alun-Alun Panjalu Ciamis, Senin (4/1/2016). 
Kali ini berbeda dari tradisi Nyangku pada tahun-tahun sebelumnya.
Diantara tumpah ruah ribuan orang yang bedesak-desakan di pusat kota Panjalu tersebut, tampak dua wajah yang sudah tidak asing dan malah sangat terkenal di Jawa Barat bahkan di tanah air.
Yakni Djajang Nurdjaman (Djanur) sang pelatih Persib Bandung serta Oni SOS yang kini jadi anggota DPD RI.
“Saya masih keturunan Panjalu. Kakek asli berasal dari Panjalu,” tutur Djajang Nurjaman kepada wartawan disela-sela upacara ritual Nyangku. (*)
Sumber: TRIBUNJABAR.CO.ID 

Selasa, 05 Januari 2016

Nyangku di Panjalu Kali Ini Tanpa Rebutan Air Cucian Pusaka


CIAMIS, (PRLM).- Ribuan warga menyaksikan puncak prosesi upacara adat Nyangku di wilayah Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Senin (4/1/2016). Nyangku yang sudah berumur ratusan tahun itu ditandai dengan penyucian atau jamasan pusaka peninggalan Kerajaan Panjalu.
Seperti biasanya, proses Nyangku yang dilaksanakan minggu terakhir bulan Maulid, pada hari Senin atau Kamis, sudah mulai dilakukan sejak beberapa hari sebelumnya, di antaranya adalah mengambil air dari sembilan sumber mata air yang berbeda. Seluruh air tersebut kemudian disatukan untuk menjamas atau mencuci aneka pusaka.
Pencucian pusaka dilaksanakan di Taman Boros Ngora (Alun-alun Panjalu). Sejak pagi warga sudah berduyun-dutun memadati tempat Nyangku. Mereka tidak hanya datang dari wilayah tatar Galuh Ciamis, akan tetapi juga beberapa keturunan keluarga Kerajaan Panjalu yang tersebar di berbagai kota.
Berbeda dengan sebelumnya, pengemasan upacara tradisi Nyangku, sejak tiga tahun terakhir ini juga diawali dengan beberapa pertunjukan kesenian tradisional yang ada di wilayah Panjalu dan sekitarnya. Di antaranya tari Kele, Tari Buta Kararas Batok. Tarian yang sudah jarang tampil itu, mendapat perhataian dari penonton yang memenuhi lokasi Nyangku.
Diawali pukul 7.30 WIB, seluruh benda-benda pusaka peninggalan Kerajaan Panjalu di keluarkan dari tempat penyimpanan yang ada di Bumi Alit, sekira. Satu per satu pusaka yang di antaranya berupa pedang, cis, keris komando, bangreng, dan gong. Pusaka tersebut dibopong (diais) oleh keturunan raja Panjalu, diikuti warga terpilih.
Iring-iringan pembawa pusaka kemuidan naik perahu menuju Nusa Gede yang berada di tengah Situ Panjalu atau Situ Lengkong . Ditempat tersebut terdapat makam Raja Panjalu Prabu Boros Ngora.
Selanjutnya dibawa ke Alun-alun Panjalu untuk disucikan atau dicuci dengan air yang berasal dari sembilan sumber mata air, di antaranya, mata air Situ Lengkong, Cipanjalu, Pasanggrahan, Karantenan, Kapunduhan, Kubangkelong, Kulah Bongbang Kancana. Penjamasan dilakukan di atas panggung bambu cukup tinggi yang berada di tengah Taman Boros Ngora.
Biasanya pada saat dilakukan jamasan, warga saling berebut air bekas mencuci pusaka. Akan tetapi , saat ini pemandangan tersebut tidak terlihat lagi. Terlebih beberapa petugas melakukan penjagaan ketat di sekitar panggung tempat mencuci pusaka. Hal itu juga sebagai upaya untuk mengantisipasi kemusyrikan, sehingga perebutan air dilarang. Kegiatan tersebut lebih dituujukan sebagai upaya menjaga kelestarian budaya dan mempererat silaturahmi.
Sebelum kembali disimpan di Bumi Alit, beberapa keturunan raja Panjalu mengeringkan pusaka yang baru dicuci dengan memergunakan kain. Sebelum dibungkus, benda pusaka tersebut dikeringkan dengan cara diasapi yang menebarkan semerbak aroma wangi.
Panitia Nyangku yang masih keturunan Raja Panjalu, Haris Riswandi Cakradinata mengatakan bahwa secara tersirat upacara Nyangku merupakan yakni symbol membersihkan atau mensucikan diri. Saat ini kegiatan tersebut juga sebagai moment, forum silaturahmi warga Panjalu dan warga Kabupaten Ciamis.
“Pada masa lalu, Nyangku merupakan kegiatan bertemunya para tokoh. Nyangku selalu dilaksanakan pada minggu keempat bulan Mulud, sekaligus sebagai kegiatan maulid Nabi Muhammad SAW,” jelasnya. 

Sumber: http://www.pikiran-rakyat.com

Nyangku 2016 - Januari

Upacara Nyangku, Senin 4 Januari 2016

Benda pusaka baru dikeluarkan dari tempat penyimpanan di Bumi Alit

Arak-arakan siap dimulai

Ibu-ibu pembawa kele, wadah air terbuat dari bambu gelondongan

Arak-arakan menuju situ Lengkong


Makam Prabu Hariang Kencana yang merupakan putera dari Pangeran Borosngora yang baru direnovasi
Tentang silsilah keturunan Panjalu lihat di sini

Pembawa pusaka berdiam sejenak di sini untuk mendoakan para leluhur Panjalu

Bungkus pusakan dibuka di hadapan para masyarakat yang ada di alun-alun

Pusaka dibersihkan di atas panggung bambu di tengah-tengah alun-alun

Pemain gembyung yang mengiringi acara Nyangku
Tentang kesenian Gmbyung lihat di sini 

Setelah dibersihkan pusaka kemudian diberi minyak wangi lalu dibungkus kembali

Keramaian alun-alun saat acara Nyangku dilihat dari ketinggian

Kegiatan Nyangku 2016

Pawai Buta Kararas dan Wayang Landunng
Hari Jumat  1 Januari 2016 jam 13.30 pertunjukan bebegig Buta Kararas dan Wayang landung dilakukan di sepanjang jalan depan Taman Borosngora Panjalu.






Upacara Adat Serah Terima Tirta Kahuripan dilakukan setelah parade arak-arakan buta kararas selesai. Upacara adat ini bertujuan untuk menyerahkan air yang diambil dari sebuah mata air untuk dipakai pada acara Nyangku. Air yang dibawa di dalam wadah yang terbuat dari bambu (kele) diserahkan kepada Ketua Yayasan Borosngoro Ir. Mamay Sudirman Cakradinata yang kemudian disimpan sementara di Bumi Alit. Upacara ini diiringi dengan musik kecapi dan suling serta tarian adat.
Mata air yang dipakai dalam upacara Nyangku adalah 9 mata air, yaitu dari:
  1. Sumber air Situ Lengkong Panjalu
  2. Sumber air Karantenan Gunung Sawal
  3. Sumber air Kapunduhan Cibungir Kertamandala
  4. Sumber air Cipanjalu Bahara
  5. Sumber air Kubang Kelong
  6. Sumber air Pasanggrahan
  7. Sumber air Bongbang Kancana
  8. Sumber air Gunung Bitung
  9. Sumber air Ciomas





Untuk melihat foto-foto Nyangku 2016 klik di sini




Senin, 04 Januari 2016

TRAPPAN Mapag Nyangku Panjalu 2016

TRAPPAN (TRAIL ADVENTURE PANJALU PANUMBANGAN) merupakan rangkaian kegiatan Festival Budaya Nyangku 2016 yang diselenggarakan pada tanggal 2 Januari 2016.
Rute yang dilalui sekitar 100 Km melintasi pinggiran daerah Panjalu :
Ruti yang dilalui TRAPPAN 2016


Start dan finish dilakukan di depan Taman Borosngora atau depan Balai Desa Panjalu. Rombongan peserta pertama dilepas oleh Camat Panjalu Drs. H. Erwin Hermawan dan Ketua Yayasan Borosngora Ir. Mamay Sudirman Cakradinata sekitar jam 08.30. 
Berikut ini beberapa foto kegiatannya:









Minggu, 03 Januari 2016

Inilah Tradisi Tangkap Ikan Sambut Upacara Adat Nyangku


CIAMIS - Ribuan warga terjun ke Situ Lengkong Panjalu di Blok Kubang, untuk berburu berbagai jenis ikan yang sebelumnya telah ditanam sebanyak 3 kuintal dalam acara Ngagubyag (3/1/2016).
Kegiatan tersebut sebagai rangkaian dalam menyambut upacara adat Nyangku yang akan dilaksanakan Senin 4 Januari 2016 mendatang.
Sekretaris 1 Yayasan Boros Ngora Tatang menuturkan Ngagubyag dilaksanakan sebagai sebuah tradisi ‘Mapag Nyangku’ atau rangkaian acara sebelum acara puncak tradisi Nyangku di Panjalu.
Seluruh masyarakat bebas terjun ke Situ Lengkong sambil membawa berbagai peralatan seperti jala dan sejenisnya, yang akan digunakan untuk menangkap ikan yang sebelumnya sudah ditanam.
"Alhamdulillah pesertanya mencapai ribuan, masyarakat sangat antusias langsung terjun bebas ke situ blok kubang, memang ikannya Cuma 3 kuintal, tetapi sebelumnya sudah banyak ikan yang hidup di situ," ungkapnya disela kegiatan.
Dikatakan, Ngagubyag di Situ Lengkong juga sudah dilakukan oleh para leluhur sejak jaman dulu, sebagai salah satu tradisi menangkap ikan.
Saat ini tradisi Ngagubyag tetap dilestarikan untuk dikenalkan kepada anak cucu supaya kedepan terus bisa melestarikannya.
"Di Situ ini juga kebersamaan dan silaturahmi bisa terus terjaga, tentunya menangkap ikan di Situ lebih sulit dibanding di Kolam jadi mau tidak mau mereka harus bekerjasama agar hasil ikan yang didapat banyak," katanya.
Lebih lanjut, berhubung baru mulai musim hujan, debet air di Situ Lengkong belum begitu banyak, sehingga belum terlalu dalam karena sebelumnya Situ sempat mengalami kekeringan saat musim kemarau.
"Sekarang baru musim hujan jadi airnya belum begitu banyak, anak-anak juga bisa tutun, karena kedalaman air baru sampai lutut orang dewasa, sebelum-sebelumnya emang cukup dalam," pungkasnya. (sindonews)