Nyangku 2011

Selasa, 10 Oktober 2017

Melihat Perkembangan Peta Indonesia

Cukup menarik melihat penampakan kepulauan Indonesia dilihat dari peta yang ditulis oleh para penjelajah.

Menurut Marco Polo, pulau terbesar di dunia adalah pula Jawa. Seperti yang terlihat di peta yang dibuatnya di bawah ini.


Abraham Ortellius, kartografer dan geografer sohor asal Belgia, pernah menerbitkan selembar peta berjudul Indiæ Orientalis pada 1570. Peta itu menggambarkan wilayah Asia Tenggara berikut dengan tata letak pulau-pulaunya.

Dia merupakan kartografer pertama yang berpendapat bahwa awalnya benua menjadi satu kemudian terpecah-pecah hingga menemui wujudnya seperti sekarang.

Lantaran minimnya informasi dari penjelajah, Ortellius menampilkan Pulau Jawa berbentuk bulat dengan sisi selatan yang cembung. Bahkan dalam peta itu Pulau Jawa sekitar dua kali lebih luas ketimbang Borneo (baca: Kalimantan).


Salah satu petualang asal Venesia yang tersohor dan kerap menjadi referensi para kartografer adalah Marco Polo. Dia berkisah tentang perjalanannya ke Asia Tenggara pada abad ke-13.

Meskipun banyak pihak meragukan kisah perjalanannya, beberapa kartografer abad ke-16 dan ke-17 tetap menggunakan toponimi dari pemberian Marco Polo.

Celakanya, Marco Polo juga memberikan penggambaran yang absurd tentang Jawa. Populer dengan nama Java Major “Pulau terbesar di dunia,” demikian bentuk Jawa menurut Marco Polo yang berdasar dari “testimoni pelaut-pelaut yang tahu banyak tentang hal itu.”

Para penjelajah Portugis yang menyambangi Nusantara sebelum kedatangan Belanda, punya persepsi sendiri tentang Jawa.

Berdasar kisah penghuni pulau tersebut mereka mendapatkan informai bahwa di tengah pulau terdapat gugusan gunung yang melintang dari Barat ke Timur.

Keadaan geografi itu telah menghentikan komunikasi antara kawasan pantai Utara dan Selatan. Akibatnya, pelaut Portugis mengurungkan niat untuk segera menjelajahi sisi Selatan pesisir Jawa.

Misteri rupa pesisir Selatan Jawa terpecahkan pada 1580. Francis Drake, seorang pelaut dan politikus Inggris yang mengelilingi dunia pada 1577 sampai dengan 1580, berjejak di pesisir Selatan Jawa.

Seusai menjelajahi kepulauan Maluku dan melewati celah Timor, Drake dan krunya menyusuri jalur Selatan dan mendarat di suatu tempat di pesisir Selatan Jawa—tampaknya Cilacap.

Kemudian peta berjudul Insulæ Indiæ Orientalis karya kartografer Jodocus Hondius terbit pada 1606. Dia menggambar pesisir Selatan Jawa hanya dengan garis putus-putus, namun menyisakan garis tegas yang membentuk teluk untuk kawasan pelabuhannya.

Hondius menorehkan catatan kecil di titik tersebut, “Huc Franciscus Dra. Appulit,” yang menandai tempat Drake membuang sauhnya.

Sejak terbitnya peta Hondius itu, misteri rupa pesisir Selatan Jawa mulai terungkap. Peta-peta setelahnya memberikan gambaran utuh tentang sebuah pulau yang pernah populer di kalangan penjelajah samudra dengan nama Java Major.

Peta Asia Tenggara Insulæ Indiæ Orientalis karya kartografer Jodocus Hondius terbit tahun 1606. Dalam peta ini Hondius membuat catatan berlabuhnya Francis Drake di Cilacap, menandai berakhirnya teka-teki rupa pesisir selatan Jawa, juga bentuk sesungguhnya pulau itu.


Peta Jawa masa awal abad 17 yang dibuat jaman Belanda ketika Belanda baru mendarat pertama kalinya di Batavia (baca: Jakarta sekarang), dimana hanya pantai Utara dari Pulau Java yang dikenali dengan baik

Peta Jawa dengan detail yang mendekati aslinya dan dengan gambaran pesisir Selatan yang akurat dibuat kemudian oleh Henri Chatelain pada tahun 1718: Carte de l'Ile de Java: Partie Occidentale, Partie Orientale, Dressee tout Nouvellement (Map of the island of Java: Part Western, Eastern Part, all newly compiled)

Peta Pulau Jawa yang lebih akurat lagi dibuat oleh Dr. F. Junghuhn pada tahun 1860 dan diperbaiki lagi pada tahun 1866


Peta jalur kereta api di Pulau Jawa yang dibuat pada tahun 1893