Nyangku 2011

Rabu, 28 Desember 2016

Nyangku 2016 - Desember






Upacara Nyangku, Senin 26 Desember 2016

Pertunjukkan Debus Desa Bahara di malam tgl 25 Desember 2016

Nyangku Panjalu 2016
Barisan pembawa pusaka sedang menunggu pusaka utama dikeluarkan dari Bumi Alit


Nyangku Panjalu 2016
Nyangku Panjalu 2016

Nyangku Panjalu 2016
Perahu pembawa pusaka

Nyangku Panjalu 2016
Rombongan menuju Nusa Gede dengan perahu


Nyangku Panjalu 2016
Bangunan makam Makam Prabu Hariang Kencana yang sudah direnovasi

Nyangku Panjalu 2016

Nyangku Panjalu 2016
Iring-iringan telah sampai di gerbang Situ Lengkong

Nyangku Panjalu 2016
Rombongan pembawa pusaka berdiam sejenak di sini untuk mendoakan para leluhur Panjalu

Nyangku Panjalu 2016
Masyarakat sudah menunggu-nunggu dimulainya prosesi pencucian benda pusaka

Nyangku Panjalu 2016
Sedang berlangsung proses pencucian benda pusaka oleh petugas

Nyangku Panjalu 2016
Jajang Nurjaman pelatih PERSIB ikut sebagai undangan

Nyangku Panjalu 2016
Benda pusaka dikeringkan dengan diasapi setelah dicuci



Proses pembungkusan kembali benda pusaka setelah dicuci

Nyangku Panjalu 2016
Rombongan pembawa pusaka kembali ke Bumi Alit

Nyangku Panjalu 2016
Satu persatu benda pusaka dimasukan kembali ke Bumi Alit

Lihat Nyangku 2016 - Januari


Senin, 26 Desember 2016

Dokumentasi Nyangku 26 Desember 2016

Acara puncak Nyangku dilaksanakan pada tanggal 26 Desember 2016 dengan mengadakan arak-arakan membawa benda pusaka dari Bumi Alit untuk di bawa ke Nusa Gede. Setelah melakukan doa kepada para leluhur Panjalu dekat makam Hariang Kancana, lalu benda pusakan dibawa ke panggung yang berada di alun-alun Taman Borosngora.

Adapun rangkaian acara puncak Nyangku adalah sbb:
- Penampilan paduan suara oleh PKK Desa Panjalu
- Pembacaan ayat suci Al-Quran oleh Ust. H. Jejen Al-Jaohar
- Sambuatan yayasan Borosngora oleh Prof. Dr. H. Djohan Rochanda Wiradinata, MP
- Sambutan sesepuh Wargi Panjalu oleh Ir. H. Luky Fathul Aziz hadibrata, MS
- Sambuatan Bupati Ciamis Drs. H. Iing Syam Arifin
- Pembacaan Doa oleh Kepala KUA Kecamatan panjalu H. Idi Rosadi, S.Ag, M. Si
- Pembersihan benda pusaka oleh petugas dari Pemdes dan MUI Panjalu

Seperti ritual Nyangku tahun sebelumnya, Djadjang Nurdjaman hadir di acara Nyangku ini dan didaulat mengusung satu benda pusaka peninggalan Pangeran Borosngora yang akan di-jamas (dicuci). Djadjang terlihat di antara iring-iringan barisan pembawa berbagai benda pusaka mulai saat diturunkan dari Bumi Alit (museum atau tempat penyimpanan berbagai benda pusaka peninggalan raja Galuh Panjalu) berjalan kaki menuju Situ Lengkong.

Djadjang mengatakan, meski berasal dari Majalengka, tapi kakeknya asli Panjalu. Dia ikut ritual Nyangku sudah menjadi kegiatan rutin. Apalagi sekarang, dia punya waktu senggang karena Persib tak ada kegiatan.

Sedangkan Umuh Muchtar manajer Persib hadir di acara Nyangku sebagai undangan khusus. "Dulu waktu saya masih sekolah di SD sampai SMA, tiap bulan Maulud selalu diajak orang tua ikut Nyangku di Panjalu ini. Ibu saya masih keturunan Panjalu," ujar Umuh.
Bagi Umuh, ikut menyaksikan ritual Nyangku adalah bagian dari nostalgia masa kecilnya. "Tradisi ini harus dilestarikan dan dikembangkan. Kegiatan ini sudah menjadi ajang silaturahmi bagi warga Panjalu dan keturunan-keturunan yang tinggal di kota (rantau) sekalipun. Tradisi ini telah mempersatukan wargi Panjalu di mana pun berada," katanya.

Djadjang Nurdjaman sedang dikerubuti penonton


Arak-arakan pembawa benda pusaka menuju Situ Lengkong

Pengunjung sudah menyemut menunggu acara pencucian benda Pusaka












Minggu, 25 Desember 2016

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

Dalam rangkaian acara Nyangku, pada tanggal 25 Desember 2016 dilaksanakan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang dilaksanakan di alun-alun taman Borosngora.
Adapun rangkaian acaranya adalah sbb:

- Penampilan kreasi seni. Al-Kadus
- Pembacaan ayat suci Al-Quran, Ust Jejen
- Marhaban
- Sambutan Ketua Yayasan Borosngora
- Sambutan Kepala Desa Panjalu
- Tausiyah, Prof. Dr. H. Muhsin An Syadilie, M. Si
- Doa/tutup , KH. M. Asep Saepudin
- Isoma
- Penampilan Kreasi Seni Islami

Penampilan Kreasi Seni AL-Kadus

Sambutan Kepala Desa Panjalu Bpk Haris



Tausiyah oleh Prof. Dr. H. Muhsin An Syadilie, M. Si



Sabtu, 24 Desember 2016

Trappan Mapag Nyangku 17 Desember 2016

Trappan nyangku panjalu desember 2016

Trail Adventure Panjalu Panumbangan (Trappan), mendukung acara adat budaya nyangku. Mapag berarti menyambut, sehingga adventure ini sebagai sarana promosi dan pemberitahuan adat budaya nyangku. Terbukti Trappan mendukung nyangku yaitu dengan rutinnya digelar adventure mapag nyangku. 
"Saat ini adventure mapag nyangku merupakan yang ke 6, ini bukti Trappan mendukung dalam pelestarian budaya, meski berbau otomotif adventure tetapi ini menjadi salah satu sarana promosi, " jelas H. Udin ketua Trappan.
Adventure yang dilaksanakn pada hari Sabtu (17/12), dan diikuti oleh 900 offroader berlangsung sukses. Panitia menyediakan  2 unit trail Viar dan 3 matic Suzuki. Peserta disuguhi jalur menangtang, namun meski demikian panitia menyiapkan jalur alternatif untuk evakuasi. 
Trappan nyangku panjalu desember 2016
Trappan dibuka oleh Camat Panjalu

Trappan nyangku panjalu desember 2016


Minggu, 20 November 2016

Menhub Buka Izin Rute Penerbangan ke Tasikmalaya dan Pangandaran

Tasikmalaya - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyatakan bahwa Bandara Wiriadinata akan segera dibuka untuk penerbangan reguler. Saat ini bandara tersebut hanya digunakan untuk kepentingan militer. 

Bandara Wiriadinata juga akan dikembangkan secara bertahap kalau penerbangan ke Tasikmalaya semakin banyak. Landasan bandara sepanjang 1.200 meter masih dapat diperpanjang 600 meter lagi.

"Kita ingin di Tasikmalaya, bandara ini menjadi sesuatu yang bisa dikembangkan. Tapi ada beberapa kendala, kita lakukan secara bertahap," kata Budi saat blusukan ke Bandara Wiriadinata, Tasikmalaya, Sabtu (12/11/2016).

Saat ini pemerintah daerah (pemda) dan Komandan Lapangan Udara (Danlanud) Wiriadinata tinggal menyelesaikan beberapa persyaratan agar bandara bisa digunakan oleh pesawat komersial. Persyaratan-persyaratan itu dapat dirampungkan dalam sebulan.

"Pertama pemda dan Danlanud perlu melengkapi syarat-syarat. Ada x-ray, organisasi, dan sebagainya. 1 bulan bisa selesai. Kita akan rilis untuk dibuka secara terbatas," tutur Budi.

Sudah ada maskapai yang berminat untuk membuka rute penerbangan ke Tasikmalaya, yaitu Wings Air. 

"Maskapai sudah ada yang berminat, Wings," ucapnya.

Menurutnya, lapangan terbang dan sarana prasarana Bandara Wiriadinata sudah cukup bagus. Hanya saja ke depan perlu ada perombakan-perombakan agar bandara dapat memenuhi standar keselamatan yang lebih tinggi. 

"Landasan saya lihat sudah bagus. Hanya saja bandara harus safety, maka kita harus menindaklanjuti syarat-syarat sesuai standar seperti panjang landasan, tidak ada hambatan," cetus Budi.

Hambatan-hambatan yang ada di sekeliling landasan adalah Terminal BBM Tasikmalaya dan gunung. Terminal BBM Pertamina terletak sekitar 1 kilometer (km) dari ujung landasan. 

Menurut standar internasional, kurang aman bila ada tangki-tangki BBM di dekat landasan. Kalau pesawat tergelincir dan menabrak tangki BBM, bisa terjadi kecelakaan yang memakan banyak korban. 

Untuk sementara, Budi membatasi pesawat-pesawat yang terbang dari dan ke Tasikmalaya. Pesawat paling besar yang masih diizinkan untuk menggunakan Bandara Wiriadinata adalah ATR-72 dengan beban yang dikurangi.

"Ada tangki BBM di sana (dekat ujung landasan). Kita bersama Pemda akan mencari kompromi dengan Pertamina. Kalau bisa dipindah, maka landasan bisa diperpanjang dan digunakan oleh pesawat yang lebih besar. Untuk sekarang kita berikan izin untuk pesawat dengan kapasitas terbatas," tutupnya. 

Rute Penerbangan ke Pangandaran Juga Dibuka

Selain Tasikmalaya, Budi juga akan segera mengeluarkan izin untuk penerbangan reguler ke Bandara Nusawiru, Pangandaran. Saat berkunjung ke Pangandaran pagi tadi, Budi menyerahkan sertifikat yang menyatakan bahwa Bandara Nusawiru layak untuk penerbangan reguler.

Menjelang lebaran pada Juli lalu, bandara ini sempat ditutup untuk penerbangan reguler karena belum tersertifikasi. Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, yang berasal dari Pangandaran, merasa gembira dengan keputusan Budi ini. 

"Penerbangan reguler mulai hari ini sudah bisa jalan lagi. Sekarang sama Pak Menhub dibuka kembali, jadi ya bagus," ujar Susi.

Menurut Susi, sudah selayaknya pemerintah mengembangkan infrastruktur perhubungan di Pangandaran. Sebab, Pangandaran memiliki potensi besar di bidang pariwisata dan perikanan. Tanpa bandara, pelabuhan, dan jalan raya yang memadai tentu potensi daerah tak bisa dioptimalkan.

"Turis ke Pangandaran 1,5 juta per tahun, tiap Sabtu-Minggu tidak kurang dari 50.000-100.000 orang. Perikanannya juga hasilnya lumayan. Jadi ya sudah layak infrastrukturnya mendapat perhatian," pungkasnya. 


ATR 72-500 Wings Air Mendarat Perdana di Bandara Tasikmalaya

Sebagai uji coba, pesawat ATR 72-500 dengan nomor registrasi PK-WFO milik Wings Air menjadi pesawat komersial pertama yang mendarat di bandara ini, Senin, 17 Oktober 2016 pukul 15.15 WIB.

Pilot ATR 72-500, Captain Isana Nur Ardi, mengatakan tidak ada kesulitan saat mendarat di Bandara Wiriadinata. Meski tanpa kendala, dia akan melakukan evaluasi dan membuat prosedur areanya. "Evaluasi penerbangan," katanya Senin, 17 Oktober 2016.

Menurut Isana, idealnya, panjang landasan di Bandara Wiriadinata sekitar 1.400 meter. Panjang landasan yang ada saat ini 1.200 meter. "Jika ditambah lebih bagus. Tambah 200 meter lagi supaya optimum," jelas Isana.

Isana mengatakan pihaknya senang bisa melayani penumpang jurusan Tasikmalaya-Jakarta nantinya. "Apalagi bisa menghubungkan se-Indonesia. Bisa menaikkan perekonomian daerah, itu misi kami," katanya. 

Menurut Isana, fasilitas yang berada di Bandara Wiriadinata untuk saat ini sudah cukup. Penambahan fasilitas VOR (Very High Frequency Omnidirectional Radio Range)--salah satu sistem navigasi menggunakan gelombang radio dan digunakan oleh pesawat terbang--kata dia, akan lebih bagus.

Wali Kota Tasikmalaya, Budi Budiman, menyambut baik penerbangan pesawat Wings Air ini. "Kita punya harapan dan target agar Lanud jadi bandara sipil," jelasnya.

Keberadaan bandara, menurut Budi, sangat mendesak. Hal ini karena rendahnya iklim investasi di Kota Tasikmalaya. "TNI sudah menyerahkan, Kementerian Perhubungan pada prinsipnya sudah oke," ujarnya.

Harapan pemerintah kota, Budi menjelaskan, keberadaan bandara komersial akan berbanding lurus dengan investasi dan pariwisata ke Kota Tasikmalaya. Jika ada bandara, wisatawan yang hendak menuju Tasikmalaya atau Priangan Timur akan lebih mudah. "Hanya 45 menit dari Jakarta ke Tasikmalaya," jelasnya.

Selama ini, kata Budi, waktu tempuh menjadi kendala saat akan menuju Kota Tasikmalaya. Jika lewat darat Jakarta-Tasikmalaya ditempuh selama 5 jam. "Jalannya pun berkelok. Kita butuh konektivitas. Jika ada bandara, orang akan mudah ke Tasik," kata dia. 

Sumber: detik.com, Tempo Online

Rabu, 02 November 2016

Rundown Event Festival Budaya Nyangku Panjalu 2016 (Kedua)

Event Festival Budaya Nyangku Panjalu 2016 yang Kedua


Di tahun 2016 ini Festival Budaya Nyangku diselenggarakan 2 kali karena mengikuti penanggalan Hijriyah. Pada tgl 4 Januari lalu telah diselenggaran Festival Budaya Nyangku yang pertama. 
Untuk Festival Budaya Nyangku yang diselenggarakan Desember ini susunan acaranya sebagai berikut:

Jadwal Acara

26 September s/d 4 Nopember 2016
Pengambilan Tirta Kahuripan Untuk Upacara Nyangku

12-27 Desember 2016
Bazar di depan pasar dan terminal Panjalu

22 Desember 2016
08.00 - Selesai
SAMIDA Helaran seni budaya dan pengajian

23 Desember 2016
14.00-17.00
Prosesi penyerahan tirta kahuripan untuk upacara nyangku

25 Desember 2016
08.00 - selesai
Mauludan Pemdes di Taman Borosngora

26 Desember 2016
Upacara Nyangku
Helaran Budaya
Prosesi Pencucian Pusaka

27 Desember 2016
Pembersihan Pusaka


Motocross
24-25 Desember 2016












Selasa, 20 September 2016

Badak Asal Karangnunggal Tasikmalaya

Badak Karangnunggal yang diawetkan di Museum Bogor
Pada tahun 1914 di daerah Karangnunggal Tasikmalaya hidup sepasang Badak Jawa atau  Badak bercula-satu kecil (Rhinoceros sondaicus), namun kemudian diketahui badak betina dibunuh pemburu gelap sehingga badak jantan yang sudah tua dan tidak mungkin dipindahkan ke Cagar Alam Ujungkulon berkumpul dengankerabatnya yang dulu jumlahnya tidak mencapai 50 ekor seperti sekarang ini,atau urban ke kebun binatang diputuskan untuk diburu demi ilmu pengetahuan serta koleksi museum zoologi, karena jika dibiarkan tetap di habitat yang tidak tepat maka badak tersebut kemungkinan bernasib sama dengan yang betina. 

Perburuan terhadap binatang herbivora ini tidak pernah berhenti, nilai ekonomis sebuah cula menjadi pemicu para pemburu gelap untuk terus menerus membantainya. Di penangkaran pun Badak Jawa yang dulu sering ditafsirkan sebagai Badak India tidak bernasib lebih baik, oleh sebab itu tidak satupun satwa yang dulu kulitnya digunakan untuk membuat baju baja tentara Tiongkok dikoleksi kebun binatang. Badak Jawa yang hidup di kebun binatang atau penangkaran pada tahun 1800-n hingga 1907 tidak menunjukkan perkembangan yang signifikan, bahkan usia badak yang ditangkarkan hanya mencapai usia 20 tahun, separuh dari usia yang bisa dicapai jika badak hidup di habitat aslinya.
Badak Jawa terakhir yang ditembak di Karangnunggal
Dengan pertimbangan-pertimbangan itulah maka pada tahun 1934 lebih tepatnya pada tanggal 31 Januari para petugas dari museum berhasil menembak mati badak yang sebatang kara itu dengan sebutir peluru Mauser kal 9.3 dan membawa satwa langka yang berbobot 2280 kg serta memiliki ukuran panjang sekitar  3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m ini ke Pusat Penelitian Biologi, LIPI. Hingga kini Satwa asal Karangnunggal Tasikmalaya terpajang dalam sebuah kotak kaca di Museum Zoologi Bogor, berdiri kaku… menatap tanpa ucap. Kitalah yang harus berucap“deudeuh teuing, dak”.



Penyebaran Badak Jawa
Badak jawa ini merupakan satwa langka yang jumlah dan penyebarannya sangat terbatas. Di Indonesia rhino ini hanya terdapat di bagian barat pulau Jawa, tepatnya di kawasan hutan Taman Nasional Ujung Kulon (untuk selanjutnya Taman Nasional disingkat menjadi TN). Kawasan hutan TN Ujung Kulon berada pada daerah administratif  Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.

Di Indonesia, badak Jawa dahulu diperkirakan tersebar di Pulau Sumatera dan Jawa. Di Sumatera saat itu badak Jawa tersebar di Aceh sampai Lampung. Di Pulau Jawa, badak Jawa pernah tersebar luas diseluruh Jawa. Badak Jawa kini hanya terdapat di Ujung Kulon, Banten.

1833 masih ditemukan di Wonosobo,
1834 di Nusakambangan, 1866 di Telaga Warna,
1867 di Gunung Slamet,
1870 di Tangkuban Perahu,
1880 di sekitar Gunung Gede Pangrango,
1881 di Gunung Papandayan,
1897 di Gunung Ceremai
1912 masih dijumpai di sekitar daerah Kerawang.
Frank pada tahun 1934 telah menembak seekor badak Jawa jantan dari Karangnunggal di Tasikmalaya, sekarang specimennya disimpan di Museum Zoologi Bogor. Menurut catatan merupakan individu terakhir yang dijumpai di luar daerah Ujung Kulon.

Badak Jawa yang terbunuh tahun 1895 oleh pemburu Eropa
Sedangkan penyebaran di luar negeri menurut catatan pernah ada di kawasan hutan Negara Vietnam, namun sekarang tidak pernah ditemukan lagi dan dinyatakan sudah punah. Dengan demikian Rhino Jawa ini dapat dikatakan sebagai satwa langka endemik Banten. Yang dimaksud dengan endemik ini berarti satwa asli dan hanya dapat ditemui disuatu daerah saja dalam hal ini di daerah Banten.

Pada tahun 1910 badak Jawa sebagai binatang liar secara resmi telah dilindungi Undang-Undang oleh Pemerintah Hindia Belanda, sehingga pada tahun 1921 berdasarkan rekomendasi dari The Netherlands Indies Society for Protection of Nature, Ujung Kulon oleh pemerintah dinyatakan sebagai Cagar Alam. Keadaan ini masih berlangsung terus sampai status Ujung Kulon diubah menjadi Suaka Margasatwa di bawah pengelolaan Jawatan Kehutanan dan Taman Nasional pada tahun 1982.

Upacara Nyangku tahun 2016 dilaksanakan dua kali

Tahun 2016 ini sepertinya tahun yang unik bagi masyarakat Panjalu dan sekitarnya, karena di tahun yang sama diselenggarakan festival budaya Nyangku sebanyak 2 kali. Nyangku yang pertama telah dilaksanakan pada tanggal 4 Januari 2016 silam, dan yang kedua akan dilaksanakan pada tanggal 26 Desember 2016 nanti.

Hal ini disebabkan karena festival budaya Nyangku dilaksanakannya didasarkan pada kalender Hijriyah, yaitu pada setiap bulan Maulid (Rabiul Awal), sedangkan bulan Maulid tahun ini jatuh pada bulan Januari awal, karena tahun Hijriyah lebih sedikit 10 hari, bulan Maulid tahun hijrah berikutnya jatuh pada bulan Desember di tahun Masehi yang sama (2016).

Karena bertepatan dengan liburan panjang (libur sekolah, libur Natal dan tahun baru) diprediksikan acara Nyangku yang kedua di tahun ini akan lebih meriah dari acara Nyangku yang pertama. Kita tunggu saja rangkaian acara yang akan diumumkan pihak pantia.

Lihat juga:
Jadwal acara Nyangku 2016 (pertama)
Nyangku 2016
Nyangku jaman Belanda
Bumi Alit Panjalu
Upacara Nyangku


Kamis, 01 September 2016

Festival Budaya Nyangku Panjalu 2016

Rundown Acara Festival Budaya Nyangku Panjalu  Bulan Desember 2016


26 September s/d 4 Nopember 2016
Pengambilan Tirta Kahuripan Untuk Upacara Nyangku

12-27 Desember 2016
Bazar di depan pasar dan terminal Panjalu

22 Desember 2016
08.00 - Selesai
SAMIDA Helaran seni budaya dan pengajian

23 Desember 2016
14.00-17.00
Prosesi penyerahan tirta kahuripan untuk upacara nyangku

25 Desember 2016
08.00 - selesai
Mauludan Pemdes di Taman Borosngora

26 Desember 2016
Upacara Nyangku
Helaran Budaya
Prosesi Pencucian Pusaka

27 Desember 2016
Pembersihan Pusaka


Motocross
24-25 Desember 2016

Sabtu, 16 April 2016

Makam Orang Belanda di Nusa Gede

Di Nusa Gede atau Nusa  Larang atau pulau Koorders pulau di tengah-tengah situ Lengkong, selain makam-makam para bangsawan panjalu, terdapat satu makam pejabat kolonial Belanda yang bernama Willem Hendrik Andreas Thilo seorang asisten residen daerah Galuh dan Kuningan. Pada nisannya tertulis sbb:

Beliau meninggal dunia pada tanggal 5 Februari 1832 dalam usia yang masih muda yaitu 31 tahun 5 bulan. Penyebab meninggalnya karena terjatuh dari kuda pada tanggal 28 November 1831.

Tetapi apakah nissan tersebut masih ada atau sudah tidak ada, perlu dicari di Nusa Larang.
Menurut penuturan alm Bapak Atong Cakradinata, ketika tentara Jepang jiarah ke Nusa Larang mereka memberi hormat ke makam Hariang Kencana, tetapi ketika dikatakan kepada mereka bahwa ada juga makan orang Belanda, tentara Jepang langsung naik pitam dan langsung memerintahkan untuk menghancurkannya. Belum jelas apakah yang dihancurkan itu nisan Mr Thilo di atas.
Jalan masuk ke komplek pemakaman Nusa Gede  saat ini (2016).



Makam Hariang Kencana Situ Lengkong Panjalu
Makam Hariang Kencana saat ini


Nusa gede situ Lengkong Panjalu
Jalan masuk ke komplek pemakaman Nusa Gede tahun 1920.

Nusa gede situ Lengkong Panjalu
Jalan masuk ke komplek pemakaman Nusa Gede tahun 1925.


Baca juga:

Jumat, 15 April 2016

Melihat Panjalu Jaman Hindia Belanda (Bagian 3)

Dalam gambar terlihat 2 orang perempuan Belanda di dermaga situ. Dermaga masih terbuat dari anyaman bambu. Mungkin sedang menunggu perahu datang. Diambil tahun 1924.








Empat orang Belanda sedang berlayar menggunakan perahu/rakit gandengan yang diberi atap. Terlihat seorang penduduk lokal sedang mengendalikan perahunya. Diambil tahun 1924.







Tiga orang Belanda sedang berlayar dengan dibantu oleh 4 orang penduduk lokal. Sepertinya diambil fotonya dari daratan. Jenis perahunya sama dengan foto yang di atas Diambil 31 Mei 1917.

Selasa, 12 April 2016

Melihat Panjalu Jaman Hindia Belanda (Bagian 2)

Situ Lengkong Panjalu sejak jaman Belanda sudah menjadi salah satu tujuan wisata di daerah Priangan selain Garut. Dalam buku GIDS VAN BANDOENG EN MIDDEN-PRIANGAN terbitan tahun 1927 situ Panjalu (Meer Van Pandjaloe) dapat diakses dengan mobil dari Bandung kurang lebih 4 jam melalui Cicalengka, Nagrek, Blubur, LImbangan, Malangbong, Ciawi dan Panjalu dengan jarak 99 Km. Maka tidak heran situ Lengkong sudah mendapat liputan yang banyak dari turis yang berkunjung ke sana. Pada jaman itu foto-foto keindahan situ Lengkong menghiasi buku, majalah dan kartu pos pada saat itu.

Tercatat orang terkenal yang telah mengunjungi situ Panjalu adalah Louis Couperus, seorang novelis Belanda yang berkunjung pada tahun 1921. Beliau melukiskan dalam tulisannya pada tahun 1923 bahwa situ Panjalu lebih tenang daripada situ Bagendit. Tentang museum Louis Couperus bisa dilihat di sini. Juga pelukis berdarah Perancis dan Indonesia Ernest Dezentje pernah berkunjung ke sini pada tahun 1919 dan mengabadikan keindahan situ Panjalu pada lukisan kanvas (lihat di bawah).

Di bawah ini beberapa foto situ Lengkong pada masa kolonial.

Gambar di samping ini adalah lukisan tentang situ Lengkong tahun 1850. Ini merupakan gambar yang paling tua yang pernah saya jumpai.










Gambar diambil dari sudut dekat pintu gerbang utama.


















Gambar di samping adalah gambar situ Lengkong pada  kartu pos berwarna tahun 1909. Kartu pos diprint berwarna dan berkualitas bagus. Gambar diambil dari sudut pintu gerbang menuju bibir situ. Di pinggir situ terlihat gubuk tempat mengambil ikan.

Gambar di samping adalah gambar situ Lengkong pada  kartu pos hitam putih. Diperkirakan lebih lama daripada kartu pos yang di atas. Gambar diambil dari sudut yagn sama dengan kartu pos di atas, tapi tidak terlihat jalan menuju bibir situ.














Kartu pos dengan gambar kakek-kakek penduduk lokal yang sedang mencari ikan pada tahun 1920. Perahu yang dipakai berbentuk kayu gelondongan yang dilubangi.








Gambar di samping adalah lukisan di atas canvas tahun 1919 dalam ukuran 43 x 63cm. Di depan tampak jalan menuju bibir situ tapi di bawah tidak terlihat saung. Dilukis oleh Ernest Dezentje tahun 1919 . Ernest Dezentjé dilahirkan di Jatinegara Jakarta tanggal 17 Agustus 1884. Ayahnya merupakan seorang warganegara Belanda keturunan Perancis yang menjadi pengusaha pabrik gula, sedangkan ibunya seorang Indonesia. Dezentjé merupakan seorang pelukis otodidak yang mulai melukis pada usia 30 tahun.

Senin, 11 April 2016

Melihat Panjalu Jaman Hindia Belanda (Bagian 1)

Dalam tulisan ini saya akan menampilkan foto-foto pemandangan dan peristiwa yang terjadi di Panjalu. Silakan bagi pembaca yang mempunyai informasi yang lebih lengkap dan tepat mengenai foto yang ditampilkan di sini bisa memberi masukan kepada kami melalui alamat email panjalumaju[at]gmail.com. [at] ganti dengan @.

Gambar di samping ini adalah peta Panjalu dan sekitarnya keluaran tahun 1924. Nama-nama desa sekitar Panjalu sama dengan nama desa/kampung yang sekarang. Di situ Lengkong masih terlihat nusa Pakel masih berbentuk pulau yang kecil, sedangkan sekarang sudah tidak terlihat sebagai pulai lagi. Jalan utama baik yang menuju Panumbangan, Cibeureum maupun ke Kawali sama dengan yang sekarang. Letak alun-alun tidak berubah sampai sekarang. Yang beda adalah di depan alun-alun (dekat Balai Desa) ada jalan yang cukup besar yang sekarang menjadi jalan sempit. Bagian yang hijau adalah daerah yang terdapat hunian/perumahan.


Gambar di samping ini adalah suasana sedang diadakan sebuah upacara pada tahun 1924 di Alun-alun. Tidak ada keterangan apakah ini upacara penyambutan pejabat atau hanya acara sekolah. Di tengah-tengah terlihat seperti seorang komandan upacara yang di kiri-kanannya ada anak-anak seragam sekolah yang sedang berbaris dengan membawa sebuah tongkat. Beberapa buah bendera merah putih biru berkibar. Kalau dilihat dari lokasinya ada di alun-alun. Komandan membelakangi rumah yang cukup besar (sepertinya sekolah, SD sekarang ) dan di belakangnya lagi telihat gunung Sawal, Di sebelah kiri tampak pohon beringin. Apakah pohon beringin ini adalah pohon beringin yang ada di tengah-tengah alun-alun sekarang? 

Gambar di samping ini sepertinya kerumunan rakyat ketika mendengarkan pejabat/gegeden pada tahun 1924. Lokasinya sama dengan gambar di atas yaitu di alun-alun, karena dari kejauhan terlihat bangunan sekolah dan pohon beringin yang ada di tengah-tengah alun-alun juga sedikit terlihat disebelah kiri. Di sebelah kanan terlihat bangunan dari anyaman bambu dan terdapat tulisan KANTOR. Tidak jelas apakah itu kantor kecamatan atau kantor desa. Terlihat seorang pejabat berdiri menghadap rakyat yang di atasnya terdapat atap atau tenda. Dari banyaknya rakyat yang membawa bendera Belanda sepertinya sedang kedatangan pejabat Belanda/Kolonial.

Foto-foto lainnya terkait kunjungan Pejabat di atas:




Beberapa foto masyarakan Panjalu sedang mengadakan pawai

Pemandangan situ Lengkong dilihat dari Pesanggrahan



Foto-foto di atas sepertinya terkait dengan kunjungan Residen Batavia G.J. ter Poorten yang berkunjung ke Panjalu tahun 1924. G.J. ter Poorten ini setelah bertugas di Batavia lalu dipindahkan ke Surabaya menggantikan Residen Surabaya secara sementara yang ditinggalkan H.J Bussemaner karena cuti selama 8 bulan untuk perjalanan ke Belanda.

Pada tgl 1 November 1930 Bussermaker aktif kembali, sementara itu G. J. ter Poorten  mendapat promosi baru sebagai Residen Priangan Timur yang berkedudukan di Tasikmalaya.

Foto-foto lain terkait Kunjungan G. J. ter Poorten

situ lengkong, panjaluGambar di samping diduga G. J. ter Poorten dengan keluarganya yang sedang menginap di Panjalu di Pesanggrahan depan situ Lengkong. Pesanggrahan ini kerap dijadikan sebagai hotel/wisma bagi tamu-tamu asing. Sepertinya bangunan ini sekarang sudah tidak ada, tapi pesanggrahan menjadi nama jalan masuk ke situ Lengkong. 

Gambar di samping diduga G. J. ter Poorten dengan keluarganya dalam perjalanan pulang setelah kunjungan ke Panjalu.